Powered By Blogger

kisah inspiratif widya

Selasa, 18 Mei 2010

ABI

Hmm...apa yang akan kutulis saat ini? aku sendiri tidak cukup tahu apakah ini benar atau tidak untuk diceritakan. Apakah ini juga layak untuk jadi kisah inspiratif, atau sekedar cerita yang mungkin bagi sebagian orang kurang edukatif. Tetapi aku pikir, biarlah aku bercerita. Aku cuma ingin berkisah tentang seseorang yang mungkin sangat tidak ingin kukenal dekat sebelumnya. Tetapi dia kemudian ada, dan menjadi bagian pikiranku saat ini. Namanya, Ardiansyah Putra.

Aku kenal dia, secara tidak sengaja. Pas chatting! Waktu itu aku lagi chat. Biasa, kalau lagi kehilangan ide menulis, terkadang aku memang suka mencari teman. Teman bicara, teman berdiskusi. Biasanya aku "mengincar" cewek-cewek. Kami kerap ngobrol soal masalah wanita, cinta dan karir yang kami jalani saat ini. Aku juga berteman dengan sejumlah pria. Mulai dari bapak-bapak, eksekutif muda, hingga pemuda yang belum ada kerja. Bapak-bapak kerap bercerita soal keluarganya. Istrinya yang pandai memasak, anaknya yang mulai suka membantah dan sebagainya. Kalau cowok-cowok, paling yang diobrolin, soal ceweknya dia. Ada yang curhat pengen balik ke ceweknya, lagi naksir temen kantornya, ada juga yang cerita lagi bingung gimana bisa dapetin kerja baru or bagaimana mengembangkan usaha. Ha, senang mengenal banyak orang dengan beragam karakter. Mereka kadang jadi inspirasi tersendiri dalam hidup ini.

Tapi di chat room ini, aku juga kadang ketemu orang gila. Cowok-cowok aneh yang punya fantasi seksual parah. Yang beginian, biasanya langsung kublokir. Tapi biasanya kalau aku lagi kumat isengnya, mereka kukerjai juga. Gampang, bilang aja kita juga cowok! "Sorry bro, gw sebenernya cowok juga nih. Emang loe mau ngadu pedang sama gw??" ....Hahaaha...biasanya mereka langsung minta maaf. kalau nggak langsung kabur sampai lupa say goodbye, apalagi wassalam. Selanjutnya, aman.

Kategori selanjutnya yang males aku ajak chat adalah ...berondong! Aiiih, yang beginian pasti langsung aku spam abis deh. Kategori teman diskusi seru itu biasanya diatas umur 25 tahun. (Ini berdasarkan pengalaman aku, lho!) Kalau yang dibawah itu, biasanya masih belum berat dipikiran. Kerjaannya masih godain cewek-cewek di chat room, demi just for fun. Tapi sebenarnya kalau urusan pikiran, ini juga tidak menyangkut usia. Karena kadang ada juga di chat room ini ketemu bapak-bapak tua yang genit nggak ketulungan, yang lupa kalau bentar lagi mau masuk kubur.

Intinya begitu, kalau ada berondong. Spam! Apalagi kalau mereka mulai menyapa dengan gaya kecentilan begini: "hai...lagi apa nee, chayank liat picnya dunk!!" Aiih, najis. Bikin ilfil aja! Hahaha...maklum, mereka nggak tau kali ya kalau yang diajak chatting ini ibu-ibu beranak satu. Tapi kadang juga ada yang udah tau kita adalah wanita "matang", tetap lanjut aja menyerang. "Tante, saya siap kok menemani tante kapan aja. Pelayanan ekstra!" wuueeeekksss!!! Dikira tante-tante girang kita kali yaa?? Amit-amit dah mau ngeluarin duit demi anak-anak stres kayak beginian. Banyak cowok-cowok matang dan mapan yang ada disekeliling kita. Bersama mereka kita bisa mendapatkan kemewahan sempurna. Ngapain repot ngemanjain anak muda yang dipikirannya cuma urusan seks dan duit aja? Mending juga ganteng banget kayak Nicholas Saputra. hahaha...berondong, No! Jadi teman pun malas ah...

Tapi, kayaknya aku kena batunya juga. Waktu itu, aku lupa spam anak muda ini. Keasyikan ngobrol dengan teman chat yang cerita soal rencana pertunangannya. Tulalitnya aku malah balas sapa'an dia. Wah, dari nick name-nya aja gaul banget dan agak konyol dikit. ABG ini...bathinku. Apalagi liat pic-nya. Aduuuh....kayak seumuran adik sepupuku. hihi...Tapi kayaknya anak muda ini asyik juga. Pas ngobrol mengalir gitu, jadi aku merasa tidak perlu cuekin dia. Lagian juga aku pernah punya teman chat yang masih muda dan baik banget, yang biasa panggil aku...kakak...kakak..(hahahha). Apa salahnya ngobrol dengan anak muda ini?

Maka, sambil ngerumpi sama temen-temen yang lain, terus lanjutlah juga "berbincang"
dengan anak muda yang mengaku bernama Putra ini. Ya, meski bukan Nicholas Saputra. Ada ujung-ujungnya "Putra" aja bolehlah..hehe. Mulai dari bicara-bicara yang standar, mulai dari kerja dimana, asal daerah, dsb. Oh, ternyata dia seorang chef di salah satu resto. Okelah, dia punya pekerjaan. Minimal orang yang telah bekerja, dia pasti punya kemapaman berpikir. Meski itu juga tidak jadi jaminan. Aku juga punya teman chef yang bekerja di salah satu hotel di Dubai. Namanya Bhisnu Sapkota. Bhisnu sangat sopan kalau chat, dia kerap bercerita soal pekerjaan dia. Soal perjuangannya mengumpulkan uang di Dubai, demi menghidupi keluarganya di India. Dia teman yang baik. Nah, kalau aku mau berteman dengan chef international? mengapa aku tidak mau membuka hati untuk chef lokal? so, lanjutlah ngobrolnya...

Lagi seru-seru ngobrol, eh, nih anak mulai tebar pesona. Alah...kumat nih penyakit berondongnya. Ternyata aku salah juga, aku dari tadi tidak cerita siapa aku sesungguhnya. Usiaku,statusku...belum. Malah soal pekerjaan aku tidak jujur. Aku bilang sama dia kalau aku kerja di perusahaan percetakan. Sebagi staf administrasi biasa..Hahaha...perusahaan percetakan adalah relasi perusahaan di tempat aku bekerja. Jadi minimal kalau mau ngomongin tentang percetakan, nggak kelihatan banget bohongnya. Eits, tiba-tiba dia mau mandi katanya! It's OK anak muda, ini ibu-ibu juga lagi sibuk ngerumpi pula. Tapi aku janji sama dia, akan memberitahukan siapa aku sebenarnya. Dia kasih aku nomor hand phone, ku save aja. Dan dia pun minta nope aku juga. Walah untuk apa? Ok boy, nanti kamu aku kasih tahu tentang sesuatu. Eh, dengan gaya manjanya dia, dia bilang tidak mau. Dia bilang pengen dikasih tau saat itu juga. Oh, No! Mandi dululah nak...

Aku nggak tahu berapa lama dia mandi. Sebab aku lagi seru-serunya ngobrolin bisnis dengan teman lamaku yang tiba-tiba nongol juga pengen chatting. Eh, tiba-tiba pula si Putra nongol lagi. Berondong, berondong, mulai genit dia. Sebab itu aku mulai menceritakan siapa aku sebenarnya. Terutama cerita tentang anakku. Asal dia tahu, dia baru saja chat dengan ibu-ibu. Awalnya dia kayaknya shock juga. Selanjutnya percakapan kami datar-datar saja seperti biasa. Aku mulai membaca anak ini. Aku yakin dia sebenarnya anak yang baik, tetapi ada sesuatu tentang dia. Hmm...bad boy juga kayaknya. Tapi mungkin dia lagi punya masalah. Sudahlah, lagi pula kita hanya teman curhat di chat room saja. Saat dia kembali minta nope aku, aku tiba-tiba kok janji akan sms ke dia nanti malam. Hanya gara-gara dia jujur mengungkapkan nama lengkapnya. Ardiansyah Putra. Alah, janji tinggal janji. Kita lihat aja nanti yaa...hehe

Malamnya, aku sibuk sms-an sama temen-temen. Telpon-telponan, BBM-an, hehe...eksis! Saat lagi telpon-telponan dengan temanku Adi yang abis kena musibah kecelakaan karena motornya tabrakan, tiba-tiba hpku low bat. Waduh, bentar ya Di...bentar, kita charge dulu ini BB. Udah colokin charger, aku mulai mencari nomor Adi untuk telpon balik. Kasihan itu cowok, ganteng-ganteng patah kaki. Shock dia, takut bakalan nggak bisa jadi play boy lagi. hahaha..Adi..Adi...tapi eh, aku malah juga melihat nope lain yang tadi siang ku-save. Ardiansyah Putra. Tepat dibawah nama Adi. Walah, aku kan sudah janji sms..udah deh, aku sms aja. wah, kok ga masuk2?? Nomor palsu ya?? wah, sialan juga tuh anak. Bodo ah! Bukan Nicholas Saputra ini. Lalu, aku kembali ngerumpi dengan Adi. Memberi semangat kepada sahabatku ini yang sedang berduka hati.

Eh, pas udah kelar ngerumpi dengan Adi. Tiba-tiba ada sms masuk: dari Putra! Dia bilang, hapenya low bat. Lagi di charge juga. Jadi dia baru tahu ada sms. ooh, gitu tho dek?! Dan entah bagaimana ceritanya. Ketika selanjutnya kami mulai rajin chat. Aku ingat, kenalan dengan Putra hari Rabu. Karena waktu itu si Putra ini sedang off kerja. Libur dia, pantas chat dari pagi. Lalu kami chat lagi malam itu. teruuus...tiba-tiba siangnya dia ngajak ketemuan. Kalau dia pulang kerja cepat, dia bilang pengen ketemu. Walah, kubilang hujan. Dia bilang penasaran. Hmm...aku juga lagi tidak ada kegiatan. Abis mandi, masak, makan, nonton tv...bete banget ah! Mana anakku merengek pengen jalan-jalan. Nah, ini kebetulan ada orang yang nawarin jalan-jalan. Why not?

Tapi sebenarnya bukan Putra aja yang ngajak jalan. Dari pagi ada cowok yang ngarep banget pengen ngedate sama aku. Dia dulu teman lama aku. Awalnya kami berteman baik, tetapi makin kesini aku kurang suka dia. Ke-pede-an! Yakin banget kayaknya kalau aku juga suka sama dia. Wueks!! Mentang-mentang status aku janda dan dia bujangan..alah! Lagian pusing aku dengerin kesombongan dia. Katanya udah punya ini, punya itu, dikejar banyak gadis-gadis...tapi koq, belum laku juga ya?? hmm...lama-lama aku bosan dan kurang menanggapi dia. Cuek ah!

Tapi ketika dihadapkan untuk blind date dengan berondong yang belum jelas, kayaknya aku bingung juga. Nah, ini cowok udah matang dan mapan. Temanku pula. Jalan sama dia, pasti mobilnya udah siap saji. Aku bisa bawa anakku ikut serta. Aku pernah jalan sama dia, wah, dia memang cowok yang pinter bikin cewek terperangah. Dia tahu tempat kencan elegan, yang memperlihatkan kemapanan ekonominya. Sementara si Putra ini? waduh, dia sempat ragu untuk melibatkan anakku dalam pertemuan itu. Uh, sempat ilfil aku! Dia ga suka anak kecil? Wah, bukan pria yang baik kayaknya...hmm..

Tapi tiba-tiba, si teman lamaku itu sms: "cinta, nggak usah munafik sama aku. aku tahu kalau kamu juga cinta sama aku. aku terima kamu apa adanya kok. Kamu beruntung lho dapetin aku, banyak gadis-gadis...."wueeekss!! Dan ketika si Putra bilang, ok, kita bawa anakmu..aku langsung bilang ok! Mending jalan-jalan ngilangin stres sama berondong begini ah, daripada sama cowok dewasa yang tidak ada otaknya. Payah!!

Dan aku, yang abis ngulek sambal ijo itu, mendadak ganti baju bersama anakku. Kami janjian di depan Giant. Tidak ada persiapan. Bodo amat! Daripada aku ketemu sama cowok aneh yang sok kepedean, mending aku cari tahu siapa sih berondong yang mau ketemu aku?? Si Putra sms, dia bilang bawa motor biru dan pake helm hitam. Walah, ciri beginian banyak. Tukang ojek yang lewat-lewat di depan kami udah berapa kali berciri-ciri sama. Motor biru, helm hitam, tapi agresif banget nawarin tumpangan. "Ngojek neng? Abang anterin. Murah neng!" walah...mana yang namanya Putra? Jangan-jangan dia tukang ojek juga...

Eits, ada cowok bermotor lewat. Stop, buka helm. Suasana halte depan Giant agak remang-remang. Maklum, abis hujan. Aku diam. Ragu juga. Takutnya tukang ojek lagi. Walah! Aku coba pura-pura nelpon dia, aiih, tuh cowok bawa motor itu tiba-tiba angkat hapenya. Nah itu dia! Tapi...yah, dia jauh lebih muda dari yang kuduga. Hampir mati ketawa aku melihatnya. Tuhan, aku tolak kencan pria dewasa demi ini bocah? hahahaha...kayaknya aku udah mulai gila. Tetapi demi menghormati dia, aku menemuinya.

"Putra?" tanyaku padanya, sambil menahan tawa. Walah, tau dia kaget, tau salah tingkah. Tau mau pingsan kali ketemu ibu-ibu yang sedang bawa anaknya. Ujung-ujungnya dia ngajak naik motornya buru-buru. Dan anakku, si Rudy, nebeng di depannya. Rudy suka sekali naik motor. Dia biasa dibawa teman-temanku jalan-jalan. Dia pun cepat akrab sama orang. Dan akhirnya kami jalan-jalan dengan si Putra ini. Kuakui, dia ganteng juga. Lebih ganteng dari fotonya. Dia pake jaket yang sangat aku suka modelnya, sedikit buat dia lebih dewasa. Dan ampuuun...dia wangi sekali! Ntah abis berapa botol ini anak mandi minyak wangi. Jangan-jangan juga dia tadi mandi bunga 7 rupa...hahaha

Dan mulailah kencan aneh kami bertiga. Mau kemana katanya? Dia tidak tahu lingkunganku. Dan aku pun warga baru yang tinggal disitu. Kurang tahu tempat mana yang seru untuk ngobrol. Maka dia kuminta ke GOR, tempat aku dan Rudy suka jalan-jalan. Disana ada pasar kaget, dan agak ramai kalau malam. Tapi, sepanjang jalan kami menemukan "cobaan". Dari liat bencong mangkal, PSK, sampe ketemu gigolo lagi nunggu transaksi di halte yang kebetulan kami singgahi. Parah, kata Putra. Dia minta kami buru-buru pergi cari tempat lain. Mending jalan-jalan aja, kata dia. Hahaha...aku tahu tempat kencan istimewa. Seru. Tapi aku nggak yakin ini anak kuat dompetnya untuk ngajak aku dan anakku berkunjung kesana. Dan aku bukan tipe perempuan yang mau keluarin duit demi laki-laki. Nehi! Lagian aku juga cekak bulan ini. Kalau dia mau jalan-jalan, ya, kita jalan-jalanlah. Sejauh apa dia bisa, dan semampu mana dia bisa menyenangkan kita. Tetapi tadi di halte dia romantis juga. Buka jaket, terus ngeluarin dua batang coklat. Buat anakku! So sweet...ternyata dia peduli dengan anakku juga.

Dan kami pun jalan begitu jauh. Jauuuh....udah, stop. Balik kanan aja kata dia. Ketika balik arah, kami pun punya ide untuk masuk lingkup salah satu perumahan elit di wilayahku. Eh, ternyata ramai disitu. Banyak orang yang jalan-jalan or nongkrong juga. Maka, kami pun duduk di pinggir jalan. Ngerumpi. Seru juga. Inilah kencan ala rakyat jelata...hahahah, tapi sumpah, aku suka. Dan ketika lagi asyik-asyiknya bercerita, tiba-tiba Rudy kecilku ngadu pengen "eek". Walah...ada-ada aja! Dan mampirlah kami akhirnya ke KFC. Di KFC, ternyata Rudy tidak buang air besar kok. Tuh anak bilang, cuma sakit perut aja. Ah, anakku sayang.

Malam itu kami habiskan dengan nonton si Rudy main di arena bermain anak KFC. Kami ngobrol. Ya, biasa aja. Soal pekerjaan, kegiatan keseharian, keluarga dan kisah hidup kami masing-masing. Aku juga terpaksa cerita soal masa lalu pernikahanku. Saat aku cerita, aku lihat dia diam. Pandangannya entah kemana. Seperti ada sesuatu yang dia simpan. Aku pukul tangannya pake batang coklat. Aku tak suka dia ngelamun. Kemudian dia cerita soal keluarganya. Hmm...ada mirip-miriplah dengan kisah yang kualami. Dia ingat keluarganya? Mungkin, dia merindukan keluarga yang sebenar-benarnya? Dia punya keluarga lengkap, tapi karena sesuatu, dia harus kehilangan itu. Sebab dalam kenyataan, dia hanya mendampingi sang ibu. Aku tangkap satu hal. Anak ini mungkin tidak terlalu bahagia dengan kisah hidupnya. Dia lain saat waktu chatting. Waktu chatting, dia terkesan have fun. Sok asyik, dan sok yakin. Anak muda yang super percaya diri banget. Tetapi waktu kami bertemu itu, aku melihat ada kesedihan disitu. Dia juga sebenarnya tampak dewasa, (atau berusaha terlihat dewasa?). Entahlah. Aku merupakan manusia yang kenyang dengan masalah. Kesedihan adalah kartu mati yang tersisa, yang terpaksa kutukar dengan tawa. Yang mungkin bagi sebagian orang tampak terlalu aneh terasa. Dan kini, dihadapanku, aku menemukan teman yang juga menampilkan kesedihan yang kurang lebih sama. Cuma mungkin berbeda kadarnya.

Tapi ada satu lagi yang membuat aku kaget dari cowok ini. Oh, ternyata dia masih kuliah juga. Pulang dari kerja, dia kuliah. Luar biasa. Aku suka laki-laki yang bersemangat menggapai masa depannya. Ada pikiran untuk maju. Itu nilai plus untuk aku. Dia cukup mengesankan.

Kencan malam itu, aku tutup dengan menertawakan dia sepuasnya. Aku masih sakit perut melihat tampangnya yang masih terlalu muda. Aku juga bilang sama dia, dia adalah Chef terganteng yang pernah kulihat. hahaha..Aku jadi ingat mimpiku semalam yang berenang di kolam renang di sebuah pemukiman rumah yang indah. Inikah arti mimpi itu? Sungguh, aku happy malam itu. Dia nganterin aku dan anakku sampai depan rumah. Anakku cium tangan dia, dan pas dia mau pulang, aku ajak dia bersalaman. Inilah kali pertama kami bersalaman. Dari tadi kami menjaga jarak. Bahkan dimotor pun aku ogah peluk pinggangnya.

Tapi, aku suka anak muda ini. Dia juga terbuka. Tadi dia berani bilang aku gendut! hei, tidak ada pria yang pernah ngedate sama aku nekad bilang begitu? Wah, bisa kutimpuki batu. Tapi dia? Dia sampaikan dengan lugu dan apa adanya. Aku tidak marah. Malah aku tertawa. Dan anehnya aku mulai terpikir untuk kembali jadi langsing! Waduh, dia mulai membawa pengaruh juga rupanya. Tadi pas diatas motor dalam perjalanan pulang, si anak muda ini tidak diam lagi. Dia lebih berani bercerita banyak hal. Meski aku agak sulit juga mendengarnya, karena posisi kami lagi diatas motor yang melaju dijalan raya. Tapi sudah terasa kalau kami mulai akrab.

Aku tidak berpikir lagi, bahwa dia akan sms atau telpon. Wah, tuh anak tidak pernah nelpon. Parah juga dia. Belum pernah dalam sejarah hidupku mau ngedate sama cowok yang hanya kukenal lewat chatting, tanpa web cam, hanya foto ga jelas dan sms yang singkat plus gaul abis. Aku dulu pikir anak ini pelit, egois, tidak mau ngabisin duit untuk nelpon. Lagi-lagi, sempat ilfil juga. Tapi lama-lama aku maklum juga. Mungkin dia memang tidak punya cukup uang untuk nelpon? Toh, dia juga ngaku lagi krisis keuangan. Malah sebelumnya dia minta kencan bulan depan pas gajian. Tetapi tiba-tiba saja keinginan itu berubah drastis. Dia ngebet pengen ketemuan hari kamis, satu hari setelah chatting. Karena kebetulan hari itu tanggal merah. Jadi pulang kerja yang seharusnya dia kuliah, jadi nggak karena libur.

Tetapi setelah kencan malam itu, sekitar kira-kira 1,5 jam kemudian, Putra sms. Dia bilang sudah sampai, berterima kasih atas pertemuan singkat kami. Dan berharap someday jalan-jalan lagi..hahahah. ok, deh. Minimal aku jadi ada teman baru yang menyenangkan sekarang untuk jalan-jalan.

Selanjutnya hubungan kami terjaga melalui sms yang jumlahnya dikit. (Aneh, dia masih tetap pelit sms) dan chatting di tengah malam. Kami semakin saling mengenal. Aku mulai menyukai kondisi ini. Wah, aku merasa kurang beres dalam pikiran ini. Why? Kenapa aku mulai menyukai anak ini? Meski aku shock berat pas baca info tahun kelahirannya di facebook. 1987! Tuhan, kami terpaut 9 tahun!!! Hampir satu dasawarsa. Aku juga lihat foto kakak perempuannya dia yang terpisah jauh darinya. Waduh, masih belia banget. Cantik pula itu kakaknya! Walah...tiba-tiba aku seakan terserang gangguan jiwa. Wah, kok aku suka orang yang usianya jauh lebih muda?? terlalu muda malah. hayyaaa....

Tapi Putra tetap seperti sedia kala. Masalah umur, dia bilang: I don't care! Hmm...apa ini namanya ya? Dari hari ke hari kami semakin rapat. Meski sama-sama sibuk, tapi upaya untuk tetap menjaga hubungan itu ada. Meski kadang kami berantem juga. Biasa, aku marah kalau dia kurang rajin sms. Sementara dia bilang, pekerjaannya itu kadang tidak membuatnya cukup punya waktu untuk pegang hp. Apalagi pas balik kerja dia langsung kuliah. Capeknya luar biasa. Pulang kuliah dia chatting sama aku sampe larut. Dia menemani aku yang kerap kena insomnia ini. Waduh, jadi nambah beban dia nih...

Chatting dengan Putra, membuat kami jadi membahas banyak hal. Termasuk mengupas lebih dalam soal hubungan kami. Pasti ada emosi disini. Cara pandang ibu-ibu anak satu dengan anak muda seusia dia tentu beda. Meski dia mencoba untuk mendewasakan diri, atau aku mencoba balik ke masa lalu berupaya memaklumi anak seusia dia. Halah, susah. Tidak mudah! Nanti dia yang bete, atau aku yang ngamuk. Susah, susah...

Tapi ada dari Putra yang membuat aku respect kepadanya. Dia menunjukkan kepedulian terhadap anakku. Bahkan dia mengaku lebih sayang sama Rudy ketimbang aku! Wah, bikin cemburu aja..Dan suatu malam, ketika kami akan say good bye dari chat room, dia minta aku memanggilnya dengan sebutan lain. "You can call me Abi.." kata dia. Hmm...mau ketawa sih, tapi aku suka gayanya ini. Sejak itu aku memanggilanya Abi. Tetapi dia tidak panggil aku Umi. Dia panggil aku dengan sebutan kamu, honey, sayang atau mamahnya Rudy. Hahaha...i love to hear that!

Aku semakin menyukai Putra. Rasa suka yang berbeda tentunya. Aku pernah curhat begini sama teman-temanku, dan mereka menjuluki hubungan kami seperti Yuni Shara dan Raffi Ahmad! Alah...tidak sedikit teman yang takut, kalau Putra hanya ingin bersenang-senang atau memanfaatkan aku. Sebab itu aku jauh-jauh bilang sama Putra, kalau dia mau have fun, cari cewek ABG aja. Kalau dia mau memanfaatkan aku dalam sisi keuangan, dia pun salah besar. Oh, No! Terang-terangan aku jelaskan kepada dia kalau aku janda sekarat. Janda melarat yang yatim piatu, punya tanggungan anak umur 4 tahun pula! Jadi berpikirlah dia kalau memang ingin melanjutkan hubungan yang nampak kurang wajar ini.

Tapi sejauh ini, Putra tetap memperlihatkan semangatnya. Entah itu sampai kapan tetap menyala. Mungkin sampai dia bosan, jenuh atau apa. Aku juga tidak berharap banyak dalam hubungan ini. Satu hal yang sulit dimengerti orang lain untuk kehidupan seorang janda. Trauma. Tidak mudah untuk berpikir mencari suami baru. Tidak gampang itu. Rasa sakit hati, sedih dan ketakutan itu masih ada. Ada beberapa pria datang yang menawarkan untuk membangun rumah tangga, aku tolak mentah-mentah. Tidak semudah itu membangun chemistry. Aku ingin hubungan perkenalan yang cukup lama prosesnya. Tidak buru-buru. Aku ingin mengubur masa laluku dengan pelan dan teratur. Aku ingin menjalani proses rehabilitasi hidup yang sempurna. Aku tidak cukup kuat berhadapan dengan pria yang baru kenal sebulan, langsung melamar secepatnya. Wah...bisa semaput aku!

Dengan Putra, aku berpikir bahwa ada banyak kemungkinan untuk belum ke urusan serius. Alah, boro-boro serius. Pikirannya aja belum jelas mau kemana? Meneketehe kalau dia ternyata cuma pengen cari pengalaman dengan janda? Wah, kalau dia berani main-main sama gw, lihat aja ya..........
Sebab itu, aku menikmati hubungan ini. Seperti kembali ke masa lalu. Aku tiba-tiba jadi lebih bersemangat melakukan sesuatu. Ide-ide dikepalaku mulai berputar tak menentu. Mulai deh, aku berpikir untuk melakukan sesuatu demi masa depanku. Mulai berani menyusun rencana untuk karir, bisnis dan masa depan anak. Padahal sebelumnya aku tidak begitu. Hidupku monoton kayak batu. Lurus aja begitu, tak bergerak. Aku hampir tenggelam dalam kelebihan berat badan, keputusasaan, trauma dan kesedihan yang memberatkan.

Dengan Putra, perlahan aku bangkit. Aku mulai berupaya menurunkan berat badan. Mulai menulis lagi. Mulai berinteraksi sosial. Mulai membuka diri. Dan itu, kuakui karena seseorang yang kupanggil Abi ini. Meski hubungan kami ini masih seumur jagung. Belum ketahuan ujungnya. Dan aku juga pesimis sekali jika happy ending. Sangat tidak mungkin. hahaha....Tapi aku menghargai kehadirannya ini. Allah kirim malaikat untuk membuat hidupku lebih berwarna. Meski malaikat itu tampak masih terlalu muda untuk aku, serta tampak sedikit badung. Tapi aku yakin, Allah punya rencana tersendiri buat kami.

Dan Putra, saat kutanya mengapa dia suka aku? Dia cuma jawab, karena dia merasa nyaman bersamaku. Hmm...kami pernah diskusi soal kategori nyaman ini. Sudahlah, terlalu pribadi untuk dibahas. hehe..

Someday, jika kami ditakdirkan memang untuk berpisah selamanya. Aku tetap akan mengenang anak muda ini. Seseorang yang tanpa dia sadari, telah membuat jiwa seseorang bangkit. Aku berterima kasih padanya, untuk kenangan aneh meski indah. Sebagai suatu bagian dari perjalanan hidup. Meski kami jarang bertemu karena kesibukan masing-masing, dan karena memang jarak rumah kami begitu jauh. Tapi aku maklum itu.

Dia pernah minta aku meluangkan waktu saat di libur hari Rabu. Wah, mana mungkin. Aku kerja dari Senin hingga Jumat. Masa aku tiba-tiba hilang hari Rabu. Kenapa tidak hari minggu aja sih? protes aku. Tapi dia bilang sesuatu yang membuat aku sedih.

"Aku cuma kerja di restoran sayang, mana ada libur hari minggu. Aku bukan orang office. Aku orang dapur..."

Andai dia tahu pikiranku:
Abi, apa pun adanya dirimu. Aku tidak melihat itu sebagai sesuatu yang menurunkan derajatmu dimataku. Kamu tetap istimewa dihatiku. Si berandal kecil yang nekad kerja sambil kuliah. Sesuatu yang juga membuat aku berpikir untuk lebih maju. Melupakan masa lalu dan menata kembali kehidupanku.

Jadi, apa yang harus kita pertanyakan lagi soal hubungan itu? Ini hanya soal waktu. Tidak perlu berpikir yang muluk or yang berat-berat itu. Sudahlah, itu malah jadi terasa lucu. Kita sudah saling support untuk maju saat ini. Jadi coba pertahankan itu. Masalah jodoh, or kamu hanya ingin have fun or manfaatin aku kek, itu urusan kamu. Yang tahu cuma kamu. Tanggung jawab pribadimu. Dan aku tidak akan peduli lagi urusan itu.

Abi-ku selalu bilang, turuti kata hati. Dan kamu tahu kata hatiku saat ini?

"Aku cinta kau saat ini. Entah esok nanti. Entah lusa nanti. Entah..." (to: my lovely Putra/Widya Burlian Al-Kalabi)

1 komentar:

  1. kisah cinta yg unik dan menarik mbak, bikin iri aja. tapi ngomong2, kenapa kemudian putus sama si Putranya? dibahas juga dong di blognya, biar kita nggak mati penasaran. xixixi...lagian, gw sebagai cowok, juga pengen tau permasalahan yg dialami saat menjalani hubungan dg wanita yg usianya lebih tua dari kita. jujur aja sih mbak, gw juga lebih suka dg cewek yg jauh lebih tua dari saya usianya. nggak tau kenapa, kesannya "seksi" aja..

    BalasHapus