Powered By Blogger

kisah inspiratif widya

Rabu, 28 April 2010

Pengacara dan Client-nya

Suatu hari saya menemui seorang anggota DPRD Kota Palembang sekitar tahun 2007. Waktu itu saya masih menjadi wartawan di koran daerah. Dia seorang pria yang duduk di Komisi I kala itu. Dan saat itu saya berniat mengungkap profil beliau dalam rubrik 'Sosok Anggota Dewan'. Jika pada awalnya saya berniat menulis tentang aktivitasnya sebagai anggota dewan, tiba-tiba keinginan itu berubah ketika saya tahu jika anggota dewan ini merupakan seorang pengacara.

"Punya kasus unik Pak saat menangani klien?" tanya saya waktu itu

Mendadak bapak anggota dewan ini merenung sebentar, tapi kemudian dia langsung berkata dengan penuh semangat,"Ya, ada. Saya tidak pernah lupa saat menangani kasus ini"

Anggota dewan ini berkisah, pada awalnya dia memang seorang pengacara. Sebelum akhirnya terjun ke dunia politik dan kemudian akhirnya menjadi anggota dewan. Menurut bapak ini, dia memang banyak menangani kasus-kasus menarik. Tetapi ada satu kasus yang tidak pernah dilupakannya begitu saja karena pasti membuatnya terharu jika mengenangnya.

Pada awal karir sebagai pengacara muda, anggota dewan ini diminta untuk menangani kasus seorang warga masyarakat yang tinggal di salah satu kabupaten. Tersangka dituduh mengedarkan uang palsu di masyarakat.

"Padahal sebenarnya, si tersangka ini sebenarnya bukan pengedar uang palsu. Dia hanya warga biasa yang sedang berbelanja di pasar. Setelah belanja kan dia mendapatkan uang kembalian. Dia tidak tahu jika uang tersebut palsu, maka dibelanjakannya lagi ke tempat lain. Karena pedagang yang menerima uang palsu ini mengadukan ke polisi, maka warga tersebut diciduk," kata anggota dewan tersebut.

Dan yang lebih mengharukan lagi, warga yang kemudian menjadi tersangka uang palsu ini ternyata merupakan petani penggarap yang miskin. Jangan kan membayar jasa pengacara, buat makan saja susah. Hasilnya pengacaranya ini memberikan jasa dengan suka rela.

"Jangan kan dibayar, dik. Malah kita tidak tega melihatnya kelaparan di penjara. Jadi sering saya belikan makanan dan rokok. Tidak tega saya melihatnya"

Meski dalam membela kliennya tersebut si pengacara ini gagal, tetapi hubungan baik dengan sang klien ternyata tidak putus disitu saja. Usai menjalani masa tahanan, si klien pun kembali bekerja sebagai petani seperti biasa.

"Tetapi beberapa bulan kemudian, tiba-tiba rumah saya di Palembang kedatangan orang dari jauh. Katanya warga dusun. Dia membawa sebuah karung, dan jelas ini agak sedikit membingungkan saya. Tetapi setelah orang tersebut mencium tangan saya, saya baru tahu kalau dia adalah bekas klien saya. Itu, klien saya yang dituduh mengedarkan uang palsu,"

Bekas klien si pengacara ini mengaku, dia sudah berkeliling mencari alamat pengacara yang pernah membelanya tersebut. Bisa dibayangkan, jika seorang warga dusun yang lugu dengan menjunjung karung diatas kepala berkeliling kota mencari alamat bekas pengacaranya. Tentu itu suatu hal yang dapat membuat si pengacara dan keluarganya terharu luar biasa.

Menurut warga dusun ini, dia tidak dapat melupakan jasa si pengacara yang telah membelanya dengan sukarela itu. Apalagi dia ingat, justru si pengacara inilah yang kadang memberikannya nasi dan rokok saat di tahanan. Atas jasa baik pengacara tersebut, maka si petani bertekad akan mencari alamat pengacaranya tersebut demi mengucapkan rasa terima kasih.

"Saya hampir menangis pas dia membuka karung yang dia bawa tersebut. Ada singkong, sayur, kelapa, terung, sampai petai. Mungkin bagi orang lain itu tidak berarti. Tetapi bagi warga petani dusun yang miskin seperti dia, mungkin itu sangat berharga. Sehingga jauh-jauh dia membawanya ke kota, demi saya, pengacara yang pernah membela dia. Saya tidak dapat melupakan kejadian itu. Kisah yang sangat mengharukan sepanjang karir saya sebagai pengacara.."

Sungguh, saya pun tidak dapat menahan haru mendengar cerita dari anggota dewan tersebut. Mungkin selama ini di televisi kita hanya kerap menyaksikan pengacara yang mendampingi para koruptor kelas kakap, para artis papan atas yang ribut mau cerai atau berseteru dengan artis lainnya. Tetapi di suatu tempat yang lain, ternyata masih ada pengacara-pengacara yang bersedia membela kliennya yang miskin dan papa atas dasar keikhlasan. Tidak memikirkan uang, bahkan justru mereka yang rela menggelontorkan uang demi membantu kliennya. Luar biasa!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar